"Sudahlah Nang, jangan kau bersedih, emak gak papa. Tujuanmu buat emak bahagia kan?, makanya jangan sedih justru emak tidak bahagia kalau kamu terus-terusan seperti ini"
Suara emak menyusup diantara suara azan yang semakin menggema menjemput senja. Aku terpekur diantar waktu, selimut senja tlah tersingkap jemput malam. Akankah rembulanku muncul di malam kelima penantianku ini.
Kelelawar hilir mudik diantara ranting di luar jendela, raja malam mulai tebarkan kuasa. Ku melangkah dalam kepekatan, dingin air pancuran mulai resapi pori-pori kulitku, menusuk menembus hati hingga menjerit. Ya Allah ijinkan aku menghadapMu senja ini. Mohon khusukkan diriku kala aku harus mengeluh padaMu.
Kubelai sajadah, dan kucium hajar aswatku. Serasa ditanah suci aku bersujud menghadapMu ya Rabbi.Dua salam kuucap untukMu mudahkan dan lapangkalah segala urusanku.
Derit dipan di bilik sebelah perlahan membisik di telingaku, menandakan emak sedang bersujud.
Kumelangkah perlahan, kucoba tidak mengganggu kekhusukkan emak.
Angin menyeruak diwajahku kala kupandang langit. Ada yang aneh?, malam ini gelap, pekat. "Adakkah Laelatul qodar di luar bulan Ramadhan?" hatiku bergumam
Aku hanya mematung diantara sayatan-sayatan kelelawar yang berburu serangga malam. Kuamati,kuperhatikan dan ku coba buat sketsa rembulan. Tapi kepalsuan kembali menyeruak. berdesak dalam kebimbangan.
"Sudahlah Nang, malam ini rembulan takkan datang!"
Sapaan emak sadarkan lamunanku.Ku tengok, Emak pun tersenyum.
"Makan dulu Nang, Emak dah masakkin "semur ayam" kesukaanmu.
Bergetar hatiku mendengar Emak sebut "semur ayam", tiba-tiba wajah bulan membayang dipelupuk mata, hingga aku tak kuasa menahan bendungan yang mulai meluap.Ku melangkah tinggalkan Emak yang bingung melihatku.
"Maafkan aku Mak, aku tak bisa dan belum biasa dengan semua ini."
"Nang makan Dulu!"
Tiada kudengar teriakkan Emak.
"Maafkan aku yang tidak bisa menemani Emak makan, malam ini.
No comments:
Post a Comment