"Mau ke mana lagi Kamu, Emak sendirian di rumah lho Nang.?!"
" aku hanya mau lihat laut, Mak!barangkali rembulanku masih di ujung ombak"
"memangnya kenapa to nang?
"Aku cuma ingin tahu, apakah rembulanku masih kedinginan setelah hujan semalam"
kulangkahkan kaki dengan gontai, sementara pasir masih saja suka menggelitiki telapakku, beda dengan rumput yang selalu berteriak-teriak tiap kali aku lewat.sementara angin masih saja menghasutku lewati gendang telingaku.
Aku hanya bisa memandang simphoni terindah yang Tuhan Ciptakan, kala fajar mulai beranjak mengusir rembulanku.
Aku hanya ingin rembulanku membandel, aku hanya ingin rembulanku tak segera pergi karena bentakkan mentari.
Ku tatap biduk yang terombang ambing ombak, hanya titian bambu tempat ia bertambat yang masih mengikatnya. tapi bagaimana aku bisa mengikat rembulanku?
Kubayangkan seandainya rembulan bisa ku pangku dan kupeluk dalam biduk itu? kan ku bawa berlayar, ku bawa ke samudera luas hingga kutemukan pelabuhan yang bisa menghentikan lajuku.
Sementara rembulan makin pucat, makin pudar rona matanya. semburat mentari tlah lecut hingga rembulanku ketakutan.
"Nang, jangan lama-lama dipantai... segera pulang ya, jangan kau repotkan emakmu terus!"
Ah andai aku bisa menyembunyikanmu dari sengatan matahari,
kan ku sembunyikan kau di lemari istimewaku.entah sampai kapan, ini adalah deret hari ke tiga kala ku kehilanganmu.
"Nang! ingat jangan lama-lama di pantai"teriak emak lagi
" Ya mak..!, nang hanya mau ambil rembulan dan bawa rembulan ke rumah!"
No comments:
Post a Comment