Kau reguk hati tatkala pendar kehilangan piasnya
Kau sayat waktu walau terjal berlalu
tanganmu menjuntai menggamit melilit benalu
kau pagut ujung tanduk hingga lebam membiru
berpacu denyut mencakar hayat rebah dalam serpihan semu
merahmu menghitam
mengental hingga yang tinggal
menggumpal tersisa
terseok hingga urat menjadi kaku
gagu bisu keras membatu
teriak menjerit menyeru, menyumpah hingga merayu
tiba-tiba lenyap menghilang
bagai kabut sayup-sayup naik ke pucukpucuk daun
No comments:
Post a Comment