Terpasung rindu dalam penjara gerimis
senja menggigil
malam prematur menjemput
pandangi pucat langit dalam keremangan lampu jalanan
sendiri eja tiap tetes satu-satu
masihkah kau eja rindu untukku
masihkah kau raba tiap hela nafasku?
ketika kurindu,
kau mendekat
mengapa
masih kau tanyakan pada hela nafasmu?
detik dalam detak mengalun eja
sebuah kata walau lirih,
rapal tiap makna di bawah gerimis merindumu
sekarang hujan sedang menggaungkan namamu,
aku makin menggigil dalam rindu
Tariklah selimut hatimu dan dekapkan erat pada titik puncak rasamu,
malam takkan lagi gigil
saat puisi kita menyatu
Kolaborasi puisi (eksperimen)
Nurhadi - Anna mariyana
Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Monday, December 30, 2013
Kau Kabari Aku Pagi Itu
Pagi Ini Rindu Padamu
Monday, December 23, 2013
Di atas kereta kusapa kamu dengan sajakku.
Sendiri
pndangi luar jendela
masih saja gelap menyapa
bergoyang dalam derit besi bergesek
mengirama abadikan malam dalam kekalutan
kantuk tak jua pejamkan mata, mengerang terpenjara rasa
aku masih saja bayangkan pertemuan itu,
ah... Andai saja kau ada disini
inginku, kau rebah dipundakku,
kan kuajak kau bersama tulis sajak
yang takkan lekang oleh malam.
Antara jakarta-Semarang 22 des 2013
masih saja gelap menyapa
bergoyang dalam derit besi bergesek
mengirama abadikan malam dalam kekalutan
kantuk tak jua pejamkan mata, mengerang terpenjara rasa
aku masih saja bayangkan pertemuan itu,
ah... Andai saja kau ada disini
inginku, kau rebah dipundakku,
kan kuajak kau bersama tulis sajak
yang takkan lekang oleh malam.
Antara jakarta-Semarang 22 des 2013
Wednesday, December 11, 2013
Dalam Debur Ombak Senggigi
Menjelma gerimis dalam kesunyian sajak-sajakku
berkali pula kulihat catatan tentang setapak lalu
merasuk tiba-tiba selaksa roh dalam tiap kata
menjelma baris dalam bait kesepianku
biarlah angin senggigi memelukku
meninabobokkan rindu tanpa bersambut
catatan menjelma alur selaksa garis kehidupan
kerap membayang pada sepi ruang hampa
betapa dahsyat senyummu
hingga kusut rindu lesap
dalam debur ombak senggigi
berkali pula kulihat catatan tentang setapak lalu
merasuk tiba-tiba selaksa roh dalam tiap kata
menjelma baris dalam bait kesepianku
biarlah angin senggigi memelukku
meninabobokkan rindu tanpa bersambut
catatan menjelma alur selaksa garis kehidupan
kerap membayang pada sepi ruang hampa
betapa dahsyat senyummu
hingga kusut rindu lesap
dalam debur ombak senggigi
Sunday, December 8, 2013
Ada Sebongkah Sajak yang selalu mencari
Menggeliyat perlahan subuh menggendong keremangan
kerlip memandang berkalang kabut
masih saja sepi di persimpangan waktu
pada geliat akhir sang malam
terasing sendiri
memandang diri dalam tamparan angin pagi
mencari sosok dalam bentang luas kehidupan
luruh merayap perlahan
hingga terhenti pada gerak hati
merapal bibir pada sebuah nama
yang tak lagi pedulikan senja
masih pada langit di pagi yang sama
ada sebongkah sajak yang selalu mencari
dimanakah sosok berlesung pipi menghilang
kerlip memandang berkalang kabut
masih saja sepi di persimpangan waktu
pada geliat akhir sang malam
terasing sendiri
memandang diri dalam tamparan angin pagi
mencari sosok dalam bentang luas kehidupan
luruh merayap perlahan
hingga terhenti pada gerak hati
merapal bibir pada sebuah nama
yang tak lagi pedulikan senja
masih pada langit di pagi yang sama
ada sebongkah sajak yang selalu mencari
dimanakah sosok berlesung pipi menghilang
Saturday, November 23, 2013
Dekap Sajak pada Indah Bibirmu
Mekar rembulan perlahan pada langit
mengembang mengurai sibak mendung
lukiskan tatapanmu siang itu
hening menyentuh dasar hati
merangkak pada beranda senja
begitu dekat......
isyarat matamu jatuhkan aku pada
kata yang tak terucap
dekap sajak pada indah bibirmu
berhimpitan frasa ingin mengubah makna
sebab langit kuasa tampung tatapanmu dan tatapanku
menetes perlahan rasa tautkan rindu
malam pun enggan beringsut
agar sajakku melangit meruang pada hatimu
mengembang mengurai sibak mendung
lukiskan tatapanmu siang itu
hening menyentuh dasar hati
merangkak pada beranda senja
begitu dekat......
isyarat matamu jatuhkan aku pada
kata yang tak terucap
dekap sajak pada indah bibirmu
berhimpitan frasa ingin mengubah makna
sebab langit kuasa tampung tatapanmu dan tatapanku
menetes perlahan rasa tautkan rindu
malam pun enggan beringsut
agar sajakku melangit meruang pada hatimu
Saturday, November 9, 2013
Kunikahi Kata
Aku sunting lalu kunikahi kata
kujaga dan kusanjung
hingga lahirkan cerita dari rahimmu
kan kubesarkan dengan buai rindu
kudendangkan
kuninabobokkan
aku ingin kau tahu
berlembar kenangan
setapak jalan berliku berlalu
bagai catatan sejarah entah benar
atau hanya cerita untuk anak cucu
catatlah kita pernah bersenggama rasa
lewat frasa, bahkan desah angin pun
enggan berpaling dalam pelukan alur panjang
di sana masih ada namaku untuk kau ingat
sebelum menyerah pada senja memerah
kujaga dan kusanjung
hingga lahirkan cerita dari rahimmu
kan kubesarkan dengan buai rindu
kudendangkan
kuninabobokkan
aku ingin kau tahu
berlembar kenangan
setapak jalan berliku berlalu
bagai catatan sejarah entah benar
atau hanya cerita untuk anak cucu
catatlah kita pernah bersenggama rasa
lewat frasa, bahkan desah angin pun
enggan berpaling dalam pelukan alur panjang
di sana masih ada namaku untuk kau ingat
sebelum menyerah pada senja memerah
Friday, November 8, 2013
Luka pada Sepenggal sajak
Sepi ini membentang kosong
terlalu lelah menyadarkan keinginan atasmu
berslide layar tlah penuh peluh kata untukmu
berlembar angan tertuang puisi untukmu
Aku mencari bayang sendiri dalam tatapanmu
tak kutemukan lagi, ah mungkin ....
berslide sampah beratus sajak tlah kau delete
aku masih saja pandang ruang tak berujung ini
kurangkai kembali kata, frase, tuk hadirkan aroma wangimu
kau serasa bersemayam, tekan tuts dan bisikkan diksi
kita larut dalam sepenggal sajak
ya...
sepi adalah sajak tentang luka
luka pada sepenggal sajak
meruang hingga tertunduk pada sebuah nama
sajak masa lalu
terlalu lelah menyadarkan keinginan atasmu
berslide layar tlah penuh peluh kata untukmu
berlembar angan tertuang puisi untukmu
Aku mencari bayang sendiri dalam tatapanmu
tak kutemukan lagi, ah mungkin ....
berslide sampah beratus sajak tlah kau delete
aku masih saja pandang ruang tak berujung ini
kurangkai kembali kata, frase, tuk hadirkan aroma wangimu
kau serasa bersemayam, tekan tuts dan bisikkan diksi
kita larut dalam sepenggal sajak
ya...
sepi adalah sajak tentang luka
luka pada sepenggal sajak
meruang hingga tertunduk pada sebuah nama
sajak masa lalu
Sunday, October 20, 2013
Biarkan Waktu kan Jawab
Kau t'lah beri tanda akhiri semua diskusi ini
pesisir gigil terhempas badai gunung
seperti kepiting tersapu ombak
seperti kupu-kupu putih diterbangkan angin
tak ada yang perlu ditinggalkan
juga serpih-serpih kayu yang terdampar
biarkan waktu kan jawab
detak detik akankah kembali
tuk kita menulis sajak dan maknai bersama
ataukah sajak ini kembali menepi
muram bagai rembulan pucat bertirai mendung
pesisir gigil terhempas badai gunung
seperti kepiting tersapu ombak
seperti kupu-kupu putih diterbangkan angin
tak ada yang perlu ditinggalkan
juga serpih-serpih kayu yang terdampar
biarkan waktu kan jawab
detak detik akankah kembali
tuk kita menulis sajak dan maknai bersama
ataukah sajak ini kembali menepi
muram bagai rembulan pucat bertirai mendung
Thursday, October 17, 2013
Kusulam Sepi
Kucumbui terik menyengat tajam menghujam bumi
kurayu hingga pijar terakhir menari di luar pintu
ingin kubiarkan sinarnya
menghanguskan sisa-sisa penatku
di sini di ruang ini aku
menyulam sepi
kurayu hingga pijar terakhir menari di luar pintu
ingin kubiarkan sinarnya
menghanguskan sisa-sisa penatku
di sini di ruang ini aku
menyulam sepi
Friday, September 27, 2013
Pada Malam di Bawah Langit Jakarta
Menatap pelangi pada bayang lampu taman
arungi batas kesunyian
pandangi lengang Monas di antara air memancar
kau hadir ketuk jendela hati
Taman jiwa bernyanyi pada rerimbun rindu
entah kapan kan endingkan cerita pada alur mimpi
diksi-diksi rasa bergandengan ungkap makna
mengharu peluk malam
bersandar pada pundak kehidupan
di bawah langit Jakarta
arungi batas kesunyian
pandangi lengang Monas di antara air memancar
kau hadir ketuk jendela hati
Taman jiwa bernyanyi pada rerimbun rindu
entah kapan kan endingkan cerita pada alur mimpi
diksi-diksi rasa bergandengan ungkap makna
mengharu peluk malam
bersandar pada pundak kehidupan
di bawah langit Jakarta
Thursday, September 26, 2013
Di Balik Jendela Belleza
Gelap belum benar menyergap
nadi kehidupan melemah iringi pekat
alur tlah sampai pada titah malam
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
di balik Jendela Belleza suits residence
pada indah korneamu kucari bayangku
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
jangan kau sembunyi di lalu lalang deru mesin dan suara klakson
agar debu tak kaburkan tatapan dan senyum indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
pada lampu-lampu jalanan dan gedung-gedung itu
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Jakarta September 2013
nadi kehidupan melemah iringi pekat
alur tlah sampai pada titah malam
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
di balik Jendela Belleza suits residence
pada indah korneamu kucari bayangku
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
jangan kau sembunyi di lalu lalang deru mesin dan suara klakson
agar debu tak kaburkan tatapan dan senyum indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
pada lampu-lampu jalanan dan gedung-gedung itu
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Jakarta September 2013
Saturday, September 14, 2013
Terperosok Aku pada Kubangan Risau
Air mata langit merintik menderas
menghujam di antara serpihan hasrat jiwa
Kidung senyap terdengar mengalun laksana himpitan rasa
Terkungkung aku di alam mimpi
Terperosok aku pada kubangan risau
Menjerit memanggil keabadian mimpimu
Kelakarku terantuk hasrat pesta jiwamu
Aku hanya bisa tertunduk nikmati kelopak matamu yang kaku
Sesekali aku berbicara dengan nurani
Hingga sentuhan rasa kembali pecahkan lamunan
Kenyataannya aku tetap disini
sendiri tulis sajak tentang kepergianmu
menghujam di antara serpihan hasrat jiwa
Kidung senyap terdengar mengalun laksana himpitan rasa
Terkungkung aku di alam mimpi
Terperosok aku pada kubangan risau
Menjerit memanggil keabadian mimpimu
Kelakarku terantuk hasrat pesta jiwamu
Aku hanya bisa tertunduk nikmati kelopak matamu yang kaku
Sesekali aku berbicara dengan nurani
Hingga sentuhan rasa kembali pecahkan lamunan
Kenyataannya aku tetap disini
sendiri tulis sajak tentang kepergianmu
Saturday, July 20, 2013
Sajak Rindu
Pada tipis tirai putih ini aku berkata
rasa pun berpendar tiap kumasuki
mengendap perlahan menyeruak
pada putih selimut ini aku berkata
aku selalu saja melihatmu terbaring di sana
menunggu setia kerinduan pada sebuah rendevous
pada dingin ruang ini aku ingin bercerita
rasa ini meronta
membara
dekap erat rautmu
sandingkan kata akhiri sajak rindu
@Hotel Horison Bogor 2013
Thursday, July 11, 2013
Semangkuk Puisi Kuhidangkan Untukmu
senja beringsut sambut bedug puasa kedua
tanpa senyum perpisahan matahari pada lembayung merah
tertawan sebuah hati pada kabut gerimis
semilir mengecup hening
lunglai pada kain putih gugur di ujung senja
sunyi menetes pada rintik
tersibak senyummu
merekah antara remah jendela mengintip
bagai bara kata masih sinarkan asa
sementara semangkuk puisi kuhidangkan
untukmu yang di sana
antara senja mendung dan gerimis
di yogyakarta merindumu
tanpa senyum perpisahan matahari pada lembayung merah
tertawan sebuah hati pada kabut gerimis
semilir mengecup hening
lunglai pada kain putih gugur di ujung senja
sunyi menetes pada rintik
tersibak senyummu
merekah antara remah jendela mengintip
bagai bara kata masih sinarkan asa
sementara semangkuk puisi kuhidangkan
untukmu yang di sana
antara senja mendung dan gerimis
di yogyakarta merindumu
Sunday, July 7, 2013
Seiring Mimpi Rebah di Pundakmu
Wednesday, July 3, 2013
Dalam dingin Selorejo
Wednesday, May 29, 2013
Sebelum Gerimis Merintik
sekejap pandangmu hempaskan rasa
bersandar pada pundakmu mencari setapak
nanar terpenjara cahaya pada simpul ranum
mencari makna pada senyum kerinduan
sekejap pandangmu rebahkan kata
berlembar kenangan tergelar
pada ombak cerita berlabuh
sekejap pandangmu satukan rasa
pada senja berselimut mendung
sebelum gerimis merintik
pandangmu menghilang
kecup kabut malam menjelang
bersandar pada pundakmu mencari setapak
nanar terpenjara cahaya pada simpul ranum
mencari makna pada senyum kerinduan
sekejap pandangmu rebahkan kata
berlembar kenangan tergelar
pada ombak cerita berlabuh
sekejap pandangmu satukan rasa
pada senja berselimut mendung
sebelum gerimis merintik
pandangmu menghilang
kecup kabut malam menjelang
Friday, May 3, 2013
Nang Ingin Belajar Tenang
"Mak, mengapa kita ada di sini"
Nang tiba-tiba bertanya pada emak senja itu
Emak masih asyik saja dengan piringan cd lagu pilihan
suara memekakkan telinga masih menggema
di sepanjang gang perumahan itu
"Mak, aku pengen tinggal di rumah seperti teman-teman
ada halaman, ada pohon, ada burung dan menghadap sawah Mak"
Masih saja Emak asyik memilih lagu dari pembungkus cd bajakkan
Pelantang suara itu pun sudah di tangan Emak
Musik perlahan mengalun dan Emak asyik mendendangkan lagu
Nang berlari ke kamar karena tak tahan dengan suara keras irama melayu
"aku hanya ingin belajar dengan tenang, aku hanya ingin seperti kupu-kupu
terbang dengan sayap yang indah suatu saat nanti, aku ingin seperti di sekolah,
tapi mengapa mak tidak pernah mau mengerti "
Sementara di luar kamar emak tertawa riuh
bersama tamu yang datang silih berganti kembali menyeruak
bau minuman denting gelas terdengar di sela-sela nyanyian Emak
"aku ingin bertanya pada siapa mak, Nang banyak tugas,
nang tidak hanya butuh uang Mak, Nang butuh bimbingan,
Aku ingin Emak menjadi guru bagi masa depan Nang"
Nang tiba-tiba bertanya pada emak senja itu
Emak masih asyik saja dengan piringan cd lagu pilihan
suara memekakkan telinga masih menggema
di sepanjang gang perumahan itu
"Mak, aku pengen tinggal di rumah seperti teman-teman
ada halaman, ada pohon, ada burung dan menghadap sawah Mak"
Masih saja Emak asyik memilih lagu dari pembungkus cd bajakkan
Pelantang suara itu pun sudah di tangan Emak
Musik perlahan mengalun dan Emak asyik mendendangkan lagu
Nang berlari ke kamar karena tak tahan dengan suara keras irama melayu
"aku hanya ingin belajar dengan tenang, aku hanya ingin seperti kupu-kupu
terbang dengan sayap yang indah suatu saat nanti, aku ingin seperti di sekolah,
tapi mengapa mak tidak pernah mau mengerti "
Sementara di luar kamar emak tertawa riuh
bersama tamu yang datang silih berganti kembali menyeruak
bau minuman denting gelas terdengar di sela-sela nyanyian Emak
"aku ingin bertanya pada siapa mak, Nang banyak tugas,
nang tidak hanya butuh uang Mak, Nang butuh bimbingan,
Aku ingin Emak menjadi guru bagi masa depan Nang"
Tuesday, April 9, 2013
Aku Masih Saja
Aku rindu akan sapamu
ketika kau warnai duniaku dengan kata mesra
angin belai bersama rindu yang menghembus
membawa arah entah pada titik senja
aku masih saja seduh lara dalam secangkir luka
menikmati
pedih yang selalu terhidang
ketika kau warnai duniaku dengan kata mesra
angin belai bersama rindu yang menghembus
membawa arah entah pada titik senja
aku masih saja seduh lara dalam secangkir luka
menikmati
pedih yang selalu terhidang
Saturday, April 6, 2013
Ku
kupinang rindu pada pagi yang muram
kusunting rindu pada embun yang bening
kusulam rindu pada hari menjelang
rindu bukanlah kamu
rindu adalah sajak tentang kamu
kusunting rindu pada embun yang bening
kusulam rindu pada hari menjelang
rindu bukanlah kamu
rindu adalah sajak tentang kamu
Saturday, March 23, 2013
Berucap Lirih
Monday, March 18, 2013
Malam Berpendar dalam Ghaib Hati
Malam berpendar dalam ghaib hati
bayangan kembali berkelebat di antara rekah awan
berarak terselip siluet sabit bersinar kerlip
bersama kebekuan lesap dalam catatan harian
tereja jiwa lari di sergah mendung
masih ada janji yang mesti ditunggu
parau gagak malam terjemahkan risau
lahirlah kata-kata dari rahim duka
rebah dalam sajak tentang ghaib hati
bayangan kembali berkelebat di antara rekah awan
berarak terselip siluet sabit bersinar kerlip
bersama kebekuan lesap dalam catatan harian
tereja jiwa lari di sergah mendung
masih ada janji yang mesti ditunggu
parau gagak malam terjemahkan risau
lahirlah kata-kata dari rahim duka
rebah dalam sajak tentang ghaib hati
Thursday, March 14, 2013
Sepenggal Syair dalam Segelas Madu
Kuhidangkan sepenggal syair dalam segelas madu
larutkan racun dalam catatan biru
usah kau lara rasa yang mendera
kau benar-benar telah lupa
bahwa kau pernah singgah dan bercanda
hingga lenyap sirna kala kuterjaga
setetes syair kureguk dalam segelas madu
seteguk racun bagai candu
bahkan bergelas mungil kuseduh
merobek luka pada kerongkongan
meluruh hingga lukai hati
luka pancarkan darah airmata
mengalir secawan
bagai madu syair mengumandang
biarlah kubenam dalam ingatan
ini bukan tegukan terakhir
larutkan racun dalam catatan biru
usah kau lara rasa yang mendera
kau benar-benar telah lupa
bahwa kau pernah singgah dan bercanda
hingga lenyap sirna kala kuterjaga
setetes syair kureguk dalam segelas madu
seteguk racun bagai candu
bahkan bergelas mungil kuseduh
merobek luka pada kerongkongan
meluruh hingga lukai hati
luka pancarkan darah airmata
mengalir secawan
bagai madu syair mengumandang
biarlah kubenam dalam ingatan
ini bukan tegukan terakhir
Sunday, March 10, 2013
Rembulan Kesepian
Merintik gerimis semakin menderas
gelap pekat tajam menghujam
semayup menggema teriakkan rasa
lelah mengharap istirah
gemerisik bagai alunan hati
malam ini di belahan bumi
di antara bongkahan cadas
kembali kukabarkan padamu
tentang rembulan kesepian
rembulan itu menggantung di ujung malam
pagi yang prematur sandingkan rasa
sepi menikam
ujung kerinduan membisu
rasa tertepikan
membiru beku
gelap pekat tajam menghujam
semayup menggema teriakkan rasa
lelah mengharap istirah
gemerisik bagai alunan hati
malam ini di belahan bumi
di antara bongkahan cadas
kembali kukabarkan padamu
tentang rembulan kesepian
rembulan itu menggantung di ujung malam
pagi yang prematur sandingkan rasa
sepi menikam
ujung kerinduan membisu
rasa tertepikan
membiru beku
Friday, March 8, 2013
Panas dan Luka
Panas siang ini taburkan bintang di mataku
menusuk menggores luka
kuhapus dengan ujung jariku
serasa menyentuh simpul di pipi ranummu
perih duka ini
terselip lisan berbingkai doa
menusuk menggores luka
kuhapus dengan ujung jariku
serasa menyentuh simpul di pipi ranummu
perih duka ini
terselip lisan berbingkai doa
Thursday, March 7, 2013
Serupa Ruang Sendukan Kalbu
Ada catatan yang perlu kugaris bawahi dari peristiwa lalu
pada ruang dan waktu
angin menghilang menelusup di sela kabut
dingin masih saja ingatkan, kabut tipis selalu saja sisipkan pesan
di antara pohon cengkeh dan gemericik bening simphonikan irama hati
kupu-kupu putih mengakrabi senja, bilakah sepi kan menemu sunyi
pada perih kisah sisa kenangan, meranggas senyummu
serupa ruang sendukan kalbu
kurasakan kabut itu tiada lagi berangan
angan t'lah berlalu jauh menelusuri setapak di antara angkuh kelabu
dan gerimis terlalu tajam tasbihkan rintik satu-satu hingga perih terasa
pada ruang dan waktu
angin menghilang menelusup di sela kabut
dingin masih saja ingatkan, kabut tipis selalu saja sisipkan pesan
di antara pohon cengkeh dan gemericik bening simphonikan irama hati
kupu-kupu putih mengakrabi senja, bilakah sepi kan menemu sunyi
pada perih kisah sisa kenangan, meranggas senyummu
serupa ruang sendukan kalbu
kurasakan kabut itu tiada lagi berangan
angan t'lah berlalu jauh menelusuri setapak di antara angkuh kelabu
dan gerimis terlalu tajam tasbihkan rintik satu-satu hingga perih terasa
Wednesday, March 6, 2013
Masih Adakah
Aku tulis kembali tentang angin
bisikkan perlahan
"masih adakah ?"
tersedak tiba-tiba
kujawab perlahan
"tak ada lagi yang genggam jemari ini"
aku tulis kembali tentang jerami
menampar perlahan
"masih adakah?"
kujawab perlahan
"tak ada lagi yang usap mesra pipiku"
aku tulis kembali tentang gerimis
menusuk perlahan
"masih adakah?"
kujawab dengan lantang
"Ya beribu luka t'lah kau toreh"
kaulah yang telah dudukkan luka
dan antarkan aku bersahabat dengan duka
terus menjalar kehampaan penjarakan angan
bisikkan perlahan
"masih adakah ?"
tersedak tiba-tiba
kujawab perlahan
"tak ada lagi yang genggam jemari ini"
aku tulis kembali tentang jerami
menampar perlahan
"masih adakah?"
kujawab perlahan
"tak ada lagi yang usap mesra pipiku"
aku tulis kembali tentang gerimis
menusuk perlahan
"masih adakah?"
kujawab dengan lantang
"Ya beribu luka t'lah kau toreh"
kaulah yang telah dudukkan luka
dan antarkan aku bersahabat dengan duka
terus menjalar kehampaan penjarakan angan
Monday, March 4, 2013
Purnama Kemarau Jatuh
Senja mengering dalam keremangan
jalan tak lagi rata, terjal t'lah jatuhkanmu
langit tak lagi seindah dulu, hanya cerita tentang
purnama kemarau jatuh di kota rapuh
kering dan panas menghiba pada lara tanpa suara
akankah senja kembali catat keluh ini, tuk
kembali hadirkan parasmu,
kembali lelapkan malam-malamku
entahlah, seperti senja yang lalu
senyum itu sekilas dan bias kala gerimis
tusukkan belati ditubuhku
kurindukan paras sempurnamu
seperti saat purnama bertengger di pundakmu
Pementasan Sastra
Kegelisahan terhadap
perkembangan sastra dan pelaku sastra sebagai salah satu motor penggerak
kesusasteraan Indonesia menjadi alasan utama, lebih-lebih kegiatan sastra di
sekolah. Siswa sebagai salah satu bagian dari pelaku secara tidak langsung
perlu penyiapan, untuk itulah SMA N 1 boja melaksanakan klinik sastra dan
drama, kegiatan yang terdiri dari pementasan tari, musikalisasi dan parade
puisi serta monolog drama.sesi kedua dilaksanakan workshop teater.
kegiatan dilaksanakan pada tanggal 2-3 Maret 2013 itu bertempat di aula GSG SMA
N 1 Boja.
kegiatan diawali dengan lagu kebangsaan Indnesia raya, kemudian
sambutan kepala sekolah dalam hal ini diwakili oleh pembina komunitas sastra
Tetas, nurhadi,S.Pd. dalam sambutannya berharap kegiatan klinik sastra menjadi
salah satu bentuk apresiasi terhadap sastra Indonesia sehingga siswa akan mampu
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal (lifeskill)
dalam aktualisasi diri dimasyarakat kelak.
seklompok penari tradisional dari kelas sepuluh delapan mengawali pentas seni dan sastra sore itu, dilanjutkan dengan teatrikal puisi yang diperankan kelas XI Bahasa. Pantomim ditampilkan oleh 2 siswa berikutnya menambah semarak kegiatan tersebut.
Musikalisasi puisi ditampilkan kelompok "Origami" dari pegiat sastra Kendal sekitar 7 puisi karya nurhadi, S.pd dikolaborasikan dalam alunan indah, puisi-puisi chairil menjadi semakin menarik merdu mengalun diselingi bacaan puisi oleh nurhadi, arief, dan agung ghovinda membuat suasana sore itu menerabas ke dimensi imajinasi. Musikalisasi ini penonton juga diajak berimajinasi melalui ilustrasi gerakan tarian indah seorang mahasiswa Unnes yang mampu mengilustrasikan isi puisi dengan sangat menarik. gerakkan serta gemulai menjadi suguhan yang sangat indah dan mampu mengajak penonton hanyut dalam imajin masing-masing.
Di akhir sesi pentas sastra tampilah seorang aktor dari drama lab semarang yang memainkan lakon "eksekusi" , dalam sesi ini anak-anak disuguhi dari persiapan awal (make up) dan yang lebih membuat kagum anak-anak adalah saat ia memainkan monlognya, seorang aktor yang dengan cukup panjang memainkan peran dan gerakan sendirian di panggung.
Selanjutnya zoek zabidi sekaligus pemain monolog membimbing para peserta workhsop mengikuti pelatihan drama yang meliputi dramaturgi, keaktoran, tatarias, penyutradaraan dan teknik panggung.
Sunday, March 3, 2013
Pesanmu t'lah sampai
Thursday, February 28, 2013
Entah
Monday, February 25, 2013
Inikah Luka Peradaban?
Luka makin menganga
tingkahi purnama tanpa pelangi
bulan membara tanpa makna
aku unggah segenap luka hingga jelas
kulihat tusukan belati tatapanmu
kurasakan perih simpul senyummu
ingin kulumatkan semua setapak
menjadi puing-puing kegelapan
kubiarkan luka menganga
hingga darah meleleh menyeret kenangan
duaratus keringat pengorbanan
kulihat kudengar dan kurasakan
betapa kelicikan semakin menjadi
mengubah almanak menjadi sampah peradaban
menatap pengemis tertatih memberi makan
tikus tikus got, sementara tikus berdasi menari
dalam perjamuan demokrasi
mimpikah ini?
kegelapan menjadi ajang pesta
bagi hasrat menjijikan , dalam lingkar puting anyir
melata tertatih seekor cacing emas
pada segenap ranjang kemunafikan
tingkahi purnama tanpa pelangi
bulan membara tanpa makna
aku unggah segenap luka hingga jelas
kulihat tusukan belati tatapanmu
kurasakan perih simpul senyummu
ingin kulumatkan semua setapak
menjadi puing-puing kegelapan
kubiarkan luka menganga
hingga darah meleleh menyeret kenangan
duaratus keringat pengorbanan
kulihat kudengar dan kurasakan
betapa kelicikan semakin menjadi
mengubah almanak menjadi sampah peradaban
menatap pengemis tertatih memberi makan
tikus tikus got, sementara tikus berdasi menari
dalam perjamuan demokrasi
mimpikah ini?
kegelapan menjadi ajang pesta
bagi hasrat menjijikan , dalam lingkar puting anyir
melata tertatih seekor cacing emas
pada segenap ranjang kemunafikan
Sunday, February 24, 2013
Rindu dalam Tatapan Gelisah di Lorong Langit
Terperangkap rindu dalam tatapanmu
gelisah di lorong langit
pada purnama meremang
kembali aku renungkan perjalanan panjang yang tak lagi lelap
buaikan mimpi-mimpi tentangmu
berbisiklah, agar kudengar kembali desahmu
singkirkan kabut sepi dan kerudung kerinduan
berbisiklah agar kudengar gelisah malam-malammu
hadirkan senyum menyimpul indah di pipi ranummu
tersihir rindu dalam senyum itu
sendiri gelisah di lorong kehidupan
tebarkan mantra gundah melayang
menuruni lembah relung kalbu
menyusuri lorong urat nadi
jangan biarkan purnama ini pekat
melayang, kabarkan
kisah-kisah kelam pada catatan hati
gelisah di lorong langit
pada purnama meremang
kembali aku renungkan perjalanan panjang yang tak lagi lelap
buaikan mimpi-mimpi tentangmu
berbisiklah, agar kudengar kembali desahmu
singkirkan kabut sepi dan kerudung kerinduan
berbisiklah agar kudengar gelisah malam-malammu
hadirkan senyum menyimpul indah di pipi ranummu
tersihir rindu dalam senyum itu
sendiri gelisah di lorong kehidupan
tebarkan mantra gundah melayang
menuruni lembah relung kalbu
menyusuri lorong urat nadi
jangan biarkan purnama ini pekat
melayang, kabarkan
kisah-kisah kelam pada catatan hati
Saturday, February 23, 2013
Secawan Rindu dalam Puisi Gerimis
Wednesday, February 20, 2013
Dalam Hangat Segelas Bajigur
Kupandang segelas bajigur dalam genggamku
pada riuh penjaja pakaian dan sandal di tengah alun-alun
bukanlah angin yang gigilkan tiba-tiba
tapi pandangku terantuk seraut bayang
bergoyang di antara buih jahe dan kacang hijau
seketika geletar degup pacu memori
temukan kembali dirimu dalam dingin malam ini
aku mengenangmu dengan sajak tentang perjalanan
di mana aku harus melangkah dan kembali pada kereta,
pesawat terbang, taksi, ojek atau bahkan becak sekalipun
selalu saja kau hadir paksa aku menulis tentangmu
seperti malam ini dalam segelas bajigur perlahan
kehangatan dalam tubuhku menjelma rentetan kata,
pedas cabe dan asin tahu silih berganti menggumam dalam bibirku hingga aku tak mampu eja namamu
waktu berlalu seiring lalu lalang entah siapa dan membeli apa
atau hanya sekedar istirah karena lelah,
masih saja kau menari dalam gelas bajigur
menggelegak seketika kala kusentuh bibir itu kau pun mendekat
dan kita menyatu dalam hangat segelas bajigur
menyusup tingkahi kerongkongan
tasbihkan kata kau adalah aku
@Kaliwungu 20 Feb 2013
Bajigur = Minuman khas kaliwungu bahan dari kacanghijau, gula merah dan jahe
pada riuh penjaja pakaian dan sandal di tengah alun-alun
bukanlah angin yang gigilkan tiba-tiba
tapi pandangku terantuk seraut bayang
bergoyang di antara buih jahe dan kacang hijau
seketika geletar degup pacu memori
temukan kembali dirimu dalam dingin malam ini
aku mengenangmu dengan sajak tentang perjalanan
di mana aku harus melangkah dan kembali pada kereta,
pesawat terbang, taksi, ojek atau bahkan becak sekalipun
selalu saja kau hadir paksa aku menulis tentangmu
seperti malam ini dalam segelas bajigur perlahan
kehangatan dalam tubuhku menjelma rentetan kata,
pedas cabe dan asin tahu silih berganti menggumam dalam bibirku hingga aku tak mampu eja namamu
waktu berlalu seiring lalu lalang entah siapa dan membeli apa
atau hanya sekedar istirah karena lelah,
masih saja kau menari dalam gelas bajigur
menggelegak seketika kala kusentuh bibir itu kau pun mendekat
dan kita menyatu dalam hangat segelas bajigur
menyusup tingkahi kerongkongan
tasbihkan kata kau adalah aku
@Kaliwungu 20 Feb 2013
Bajigur = Minuman khas kaliwungu bahan dari kacanghijau, gula merah dan jahe
Tuesday, February 19, 2013
Titik Nol Kilometer
Membisu tegak di antara kilometer Asia Afrika
begitu sepi dan asing dalam kesendirian
geliat pagi purbakan nol kilometer
terpaku menatap saksi sejarah Daendeles
“Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd"
itulah ucapnya mengiang tiba-tiba
laju detik tanpa bisa kucegah hingga surya temaram
kembali sambangi titik nol dalam keremangan
denting penggorengan, deru blender, kecipak sendok dalam segelas air berpacu dengan deru dan celoteh
bocah pengamen kecil serta diskusi pengunjung
aku masih membisu pandangi mereka
terlintas beribu tanya, sedan mewah, sepeda kayuh dan
harley davidson menyatu di sepanjang nol kilometer
Entah kali ke berapa aku duduk menatap
perempatan Braga- Asia- Afrika belum juga lengang
hilang satu berganti dua hingga kembali riuh
membuncah malam
di nol kilometer aku punya cerita tentang riuh pengamen,
diskusi pengunjung, deru zaman, dan kamu hanya membisik
”kapan kan singgah kembali ?”
begitu sepi dan asing dalam kesendirian
geliat pagi purbakan nol kilometer
terpaku menatap saksi sejarah Daendeles
“Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd"
itulah ucapnya mengiang tiba-tiba
laju detik tanpa bisa kucegah hingga surya temaram
kembali sambangi titik nol dalam keremangan
denting penggorengan, deru blender, kecipak sendok dalam segelas air berpacu dengan deru dan celoteh
bocah pengamen kecil serta diskusi pengunjung
aku masih membisu pandangi mereka
terlintas beribu tanya, sedan mewah, sepeda kayuh dan
harley davidson menyatu di sepanjang nol kilometer
Entah kali ke berapa aku duduk menatap
perempatan Braga- Asia- Afrika belum juga lengang
hilang satu berganti dua hingga kembali riuh
membuncah malam
di nol kilometer aku punya cerita tentang riuh pengamen,
diskusi pengunjung, deru zaman, dan kamu hanya membisik
”kapan kan singgah kembali ?”
Senja di Stasiun Rindu
Senja memerah pada titian kilometer
semakin jauh aku meniti tak jua kutemui kamu
sisa matahari masih bertengger di pundak stasiun
bayangmu seketika menjadi alur pilu
Antara ada dan tiada koyak-koyak setapak rindu
berkelok lurus dan menurun seiring waktu
aku baca pada garis biru di bayang matamu
tertoreh catatan lalu
semakin jauh aku meniti
semakin kau berlari sembunyi dibalik perdu
di sepanjang rel aku meniti satu satu
pada setiap batu ku tanya tentangmu
tiada satu pun kan jawab, sepi dan membisu
hanya seekor ngengat bermain pada segurat lampu
tingkahi senja sebelum malam menyapu
senja perlahan meredup
aku ingin ceritakan padamu
tentang senja memerah, tentang rel kereta
dan seekor ngengat bermain pada segurat lampu
sembari bersandar di pundakmu
nikmati senja di stasiun rindu
semakin jauh aku meniti tak jua kutemui kamu
sisa matahari masih bertengger di pundak stasiun
bayangmu seketika menjadi alur pilu
Antara ada dan tiada koyak-koyak setapak rindu
berkelok lurus dan menurun seiring waktu
aku baca pada garis biru di bayang matamu
tertoreh catatan lalu
semakin jauh aku meniti
semakin kau berlari sembunyi dibalik perdu
di sepanjang rel aku meniti satu satu
pada setiap batu ku tanya tentangmu
tiada satu pun kan jawab, sepi dan membisu
hanya seekor ngengat bermain pada segurat lampu
tingkahi senja sebelum malam menyapu
senja perlahan meredup
aku ingin ceritakan padamu
tentang senja memerah, tentang rel kereta
dan seekor ngengat bermain pada segurat lampu
sembari bersandar di pundakmu
nikmati senja di stasiun rindu
Monday, February 18, 2013
Peron Membisu
Aku tak tahu harus bicara apalagi
semenjak kau hembuskan peluit, keretamu semakin menjauh
kupandangi dikelokkan terakhir tanpa lambaianmu
aku membisu di bawah jam dinding besar samping peron
kusulam detik, menit, hingga jam menunggumu
Aku tak tahu harus bicara apalagi
belum juga kulihat tanda kepul asap keretamu kembali
bagai narasi panjang tiap gerbong duduk kenangan-kenangan itu
kugapai hari, kupetakan rindu menunggu sapamu
di samping peron kusajikan sajak tentangmu
Saturday, February 16, 2013
Kau kah Itu?
Friday, February 15, 2013
Adalah Engkau
Adalah Engkau
wahai perempuan yang hempaskan aku lewat sepasang mata indahmu
kau paksa aku tulis berlembar lembar halaman
lewat ujung tuts keyboardku, tumpah segala
meski kau kadang tak pernah maknai
Adalah Engkau
wahai perempuan merajut ilalang
tertunduk, dengan jemarimu ubah ladang menjadi taman,
lewat ujung daun kau mainkan embun
Adalah Engkau
wahai perempuan yang merona saat purnama melintas di wajahmu
biarlah pelangi sejenak bermalam di teduh ranum pipimu
antar aku rebahkan sajak di pundakmu
wahai perempuan yang hempaskan aku lewat sepasang mata indahmu
kau paksa aku tulis berlembar lembar halaman
lewat ujung tuts keyboardku, tumpah segala
meski kau kadang tak pernah maknai
Adalah Engkau
wahai perempuan merajut ilalang
tertunduk, dengan jemarimu ubah ladang menjadi taman,
lewat ujung daun kau mainkan embun
Adalah Engkau
wahai perempuan yang merona saat purnama melintas di wajahmu
biarlah pelangi sejenak bermalam di teduh ranum pipimu
antar aku rebahkan sajak di pundakmu
Merindu Hati
Haiku
Haiku, dikenal juga dengan Hokku, adalah puisi Jepang dengan format
terpendek, hanya terdiri dari 17 suku kata yang disajikan dalam 3 baris
(kelompok) dengan susunan 5 – 7 – 5. Baris pertama terdiri atas 5 suku
kata, kedua 7 suku kata dan ketiga 5 suku kata. Kata yang tersusun dalam
haiku tidak berima. Haiku Jepang tradisional senantiasa berhubungan
dengan daya magis dan keindahan alam serta musim….Yang penting kita mau
membuka diri pada sang alam dan mencoba menuliskan apa yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, kita cium, kita raba dan menggabungkan semua itu dengan sepenuh hati dan jiwa.
Haiku dapat dijadikan pembelajaran bagi yang ingin menulis puisi pendek, mari kita mencoba.
membuka diri pada sang alam dan mencoba menuliskan apa yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, kita cium, kita raba dan menggabungkan semua itu dengan sepenuh hati dan jiwa.
Haiku dapat dijadikan pembelajaran bagi yang ingin menulis puisi pendek, mari kita mencoba.
Thursday, February 14, 2013
Aku Hanya Bisa
Dalam getar kutulis sajak ini
kukabarkan padamu beranda ini semakin lengang
aku hanya berbisik pada angin,
angin singkap rindu yang tersembunyi
selalu saja ada debar tiap kali rangkai kata tentangmu
Dalam ringkih kutulis sajak ini
aku masih saja setia pada huruf-huruf, saat
sibak rintik pada bening merayap di matamu
ingin kukirim lewat angin,
saat purnama mengambang di sela dedaun
Tuesday, February 12, 2013
Kau T'lah Ajariku
Mencoba tuk berhenti sejenak
pada kerling rembulan dalam rengkuh pekat
saat rasa perlahan menyisir pada titik perjalanan
saat tiada lagi nada dalam tiap makna sajak
kembali kucoba tapaki setapak berkelok itu
wangi merebak sesaat dalam buai emosi
dalam untaian rasa tak jua menjelma bayangmu
kau tanam semerbak dalam jambangan
merekah selasar tetes embun menggelayut manja
dan tetes itu t'lah jatuh.....
pada pekat ego bersenggama luka
tiada lagi bening hiasi hati
selalu kupetik untukmu
tepat saat purnama di wajahmu
hingga lantunkan dendang pada bait rasa
kini kurasakan kerlip itu kian temaram
walau enggan tenggelam, masih saja berharap
pandang purnama di wajahmu
hingga aku bisa kembali berkaca di kedua korneamu
aku ingin saksikan saat purnama melintas di wajahmu
masih ada simpul disudut pipimu
masih ada buliran kata hiasi senyummu
kau t'lah ajari aku
diam dalam mengeja, mengeja makna kesendirian
hingga pengap membasah resah
saat purnama disemayamkan
pada kerling rembulan dalam rengkuh pekat
saat rasa perlahan menyisir pada titik perjalanan
saat tiada lagi nada dalam tiap makna sajak
kembali kucoba tapaki setapak berkelok itu
wangi merebak sesaat dalam buai emosi
dalam untaian rasa tak jua menjelma bayangmu
kau tanam semerbak dalam jambangan
merekah selasar tetes embun menggelayut manja
dan tetes itu t'lah jatuh.....
pada pekat ego bersenggama luka
tiada lagi bening hiasi hati
selalu kupetik untukmu
tepat saat purnama di wajahmu
hingga lantunkan dendang pada bait rasa
kini kurasakan kerlip itu kian temaram
walau enggan tenggelam, masih saja berharap
pandang purnama di wajahmu
hingga aku bisa kembali berkaca di kedua korneamu
aku ingin saksikan saat purnama melintas di wajahmu
masih ada simpul disudut pipimu
masih ada buliran kata hiasi senyummu
kau t'lah ajari aku
diam dalam mengeja, mengeja makna kesendirian
hingga pengap membasah resah
saat purnama disemayamkan
Sunday, February 10, 2013
Luka Senja
Friday, February 8, 2013
Kangen
Subscribe to:
Posts (Atom)