Literasikan hatimu dengan membaca dan menulis karya. Hiasilah hidup dengan bersastra.
Thursday, December 29, 2011
Desember pun kan Berlalu
Alamanak membisu masih saja menggantung dingin
januari kembali sapa desember tuk segera berlalu
rasa pun tetap sama seperti dulu
sepi ini akan tetap menyatu
iringi rindu
iringi luka
luka karena rindu
sepi hanya kan terobati sebatas ilusi dan mimpi
tenggelam luruh silih berganti
tertatih, merintih panggil rindu
menetes lelah bayangkan wajahmu
kukubur dalam makam imajiku
biarlah nisan usang itu menjadi tanda
berharap kau datang dan ziarahi aku
dengan merapal rindumu
majnun tegar peluk makam laela
segudang rasa majnun tumpahkan dalam kata
Laela jaga kehormatan demi rasa yang terpenjara
menyatu dalam badai gurun majnun bercerita
tak bisa kulepas sketsa bayangmu
hingga senja tetap bawa kabar tentang cerita
sajakku bukanlah mantra
dalam sajakku ada rohmu
membalik khayal menjadi nyata
kunyalakan dan kujaga perapian rasa ini
agar hangatmu tetap membara bakar rindu
meski desember segera berganti januari
kau tetaplah roh dalam makna sajakku
Thursday, December 22, 2011
Keranda Rindumu
menyelinap kelam peluk waktu, rebah gelisah
luruh bagai mendung menghitam berarak taburi langit
Kau perlahan bangunkan lamunan menyerupa kembang tujuh rupa
mewangi menjelma, menyusup dalam gelisahku
jemari pun menari remas rindumu, tuntun aku tatap matamu
menjelma sajak pesonamu
menjelma makna ruhmu
Kau yang bersemayam dalam nisan usang
Kau kubur dirimu dalam senyap kebisuan
rahasia pun kau bawa serta menyulam rindu
Kau tetaplah kerinduan terpendam
satu dalam sajak, satu dalam rindu
kupondong keranda rindumu kubawa
dalam tiap sajakku
Saturday, December 17, 2011
Gerimis dalam Jemari Sajakku
tirai gerimis merintik satu-satu
kusut membasah mengembun dan menetes
bergelayut manja di ujung rambutmu
Kau sibak gerimis senja itu
jemari pun tutupi dahi tuk lindungi korneamu
dan kulihat aku masih bersemayam di sana
basah gigilkan tubuhmu
setubuhi senja dalam dekapan jemari sajakku
Saturday, December 10, 2011
Purnama Menari
tinggalkan jejak aroma tubuhmu, menyeruak singkap cerita lalu
kulukis kembali remah-remah wajahmu, kurangkai satu-satu
hingga senyum itu, lengkung pipimu abadikan sajakku
kau hadir meliuk menembus dimensi imaji
debur irama hati berkejaran iringi langkahmu
kau gandeng aku dalam wangi tubuhmu di remang purnama
"aku butuh bahumu tuk sekedar bersandar"bisikmu
aku pun luruh dalam getar tubuhmu
mengalir kesejukkan seiring irama nafasmu
aku pun maknai aksara jiwamu dalam senandung purnama
arungi mimpi imaji bersamamu
menari, meniti malam dalam gigil dedaunan
lahirkan pelangi dan nyanyian hati dalam sajak kenangan
Sunday, December 4, 2011
Lara Merindu
dingin, tak sebisik sapamu sadarkanku
entah mengapa lara ini makin merindumu
ingin kubingkai lara ini bagai cerita dan sajak tentangmu
lara ini luruh berjatuhan hingga ingin kulihat dihatimu
masih adakah kata yang kuharap kau ucap, tuk segarkan detik detak
impian-impian yang entah sengaja kau buka kembali
begitu sayu kau ucap kata itu
begitu harap kurengkuh dalam sajakku
seperti kecupan hangat di rinai satu-satu
hangat yang pancarkan roh dalam dingin membisu
wahai Kau yang larakan rinduku
masihkah ada cerita dalam sunyi korneamu
agar aku bisa berkaca melihat kita bersamaa di sana
Thursday, December 1, 2011
Gerimis Pagi Awal Desember
dingin merambah sapa lirih bisikkan kata rindu
Kau tersketsa di balik jendela diantara lalu lalang di tol Jakarta
menghilang lunglai dan tanpa sapa menerpa
kesunyian makin membuncah
sapamu merenda hujan di pagi yang lalu
sesaat sebelum kukalah pada kata rindu
Monday, November 28, 2011
Seikat Sajak Rindu
Gerimis senja itu hantarkan seikat sajak rindu
terbungkus diam dalam rerimbun kerinduan tak berucap
kumaknai lentik dipelupuk dan tatapan korneamu,
lekuk senyum dipipimu dan damai bersemai di bibirmu
bisikkan hati tak terucap bagai melodi alam simphoni lalu
seikat sajak untukmu gigilkan ujung malamku jemput pagi menjelang
kulirik kursi disampingku samar kau membayang
begitu deras sajak-sajak rindu meletup menghujani waktu
ingin kutangkap kupu-kupu putih dan kuberikan padamu
ingin kuajak bercanda kepiting-kepiting kecil
sebelum ombak berhenti deburkan riak-riak kecil
menjelma gerimis dan bianglala senja
sapa rindumu membisik mengetuk pintu kusam
mengendara angin menuju tepian kalbu
Wednesday, November 16, 2011
Kau Rebah dalam Hangat Gelisahku
sepasang kunang-kunang bermain di antara rintik satu satu
dan kelebat kelelawar bermain di daun daun basah
kembali membuka cerita pada sajak yang ku tulis
teringat kala engkau masih menjamahku dengan tatapanmu
kamu adalah roh dalam kenangan berserak
ingin kembali kusketsakan dalam bingkai dinding bisu
angin tak pernah bosan bisikkan resah
hingga kau rebah dalam hangat gelisahku
mungkin kau tahu, kau selalu ajarkan aku rasanya sendiri
gemetar bibir memaksa eja namamu
hingga musim memasung luka membuncah sajak pilu
di dingin ampenan kutunggu sapamu
Sajak dalam Senja Meremang
semburat merah pun terselip tiada merona
kutuliskan sajak tak sengaja terbawa dari bayangmu
ke beranda kelabu dan sepi memagut luka menganga
aku tulis sajak luka kupetik dari awan berarak
bagai sekerat hujan merintik tiap detak
rindukan menatap jernih korneamu bagai angin
sejukkan tangkai layu di musim hujan
kuyakin langit dan senja kan mekarkan embun esok
pada jejak yang pernah kita lalui
biarkan rintik menari di dedaun, lalu
menetes sejukkan sajak luka pada senja meremang
Aku Masih Jaga Rindu Ini
terjaga dalam galau pekat membuncah
bayangmu menyeruak dibalik jendela dengan isak membisik
asa ini tlah masam larung dalam celah-celah raga
terserak bersama kenangan menjadi kata yang terluka
sepi iringi langkahmu membawa sepotong pertanyaan
adakah lagu sendu kau hadirkan bersama sajakku
aku masih menjaga rindu ini
tapi luka itu semakin perih menjadi akut
mengenang jiwa raib bersama mendung diiringi rintik satu-satu
aku sandarkan hati pada langit ampenan
angin tetap menjagaku buai sepertiga malam
sambut pagi bersama butiran-butiran embun
yang dilahirkan oleh waktu yang semakin merangkak
Wednesday, November 9, 2011
Senja, Hujan dan Tatapanmu
percik hangat memencar cahaya menggubah rasa
Indah kelopak tebarkan warna hingga batas khayal
kabut senja diantara rintik satu satu selimuti
indah lengkung alismu
sisa embun entah dipagi keberapa masih saja
basahi rambut harummu
lembayung tergelar memerah diantara himpitan mendung
semburat pelangi pun menyusup indah diantara korneamu
rintik satu-satu makin menderas mengalir menetes
dan membentuk sajak-sajak tentangmu
aku masih saja tiada dapat mengelak dan berlari
hingga rakit kesunyian menderu menyibak sungai imajiku
bening rintik menderas hadirkan arus belaimu
sebening tatapanmu hanyut bersama hujan dan senja
Thursday, September 22, 2011
Suatu Hari di Negeri Gurindam
Hari belum begitu tua saat kuterapung
terombang ambing diatas "Pong-pong"
melaju diantara biduk yang bersandar pada jangkar
begitu kecil aku bersandar pada tali
bisikkan kalimat cerita tentangmu "Andai Kau Ikut?"
akan kita rangkai cerita ditengah lautan kepulauan Riau
Detik-detik berpacu dalam nadiku seirama gelombang
aku mimpi malam ini kuseberangi selat diantara
pulau-pulau kecil sekitar tanjungpinang
bersandar pada tali kupandang kubah kuning tegak tegar
"penyengat" telah kulabuhkan sesaat disajadahMu
teriring syukur ku tlah sampai dinegeri masa lalu
di negeri pujangga kutatap istana melayu
di negeri pujangga kubaca karya itu
di negeri pujangga kulihat persemayaman itu
kutatap laut biru
pesisir memutih menghampar
kusimak suara angin membisik
mengungkap rindu pada sajak-sajak tentangmu
Friday, September 9, 2011
Telaga Bening Sajak Tentangmu
pada setetes embun bergelayut dipucuk daun,
bahkan di bening kornea indahmu,
aku ingin tahu adakah aku ditiap bening itu
hari ini jejak itu kembali kupandang
sapa lembut manjamu menyusup
teduh dan sejuk sketsamu kembali
aku tak ingin sedetik lepas menatapmu
ingin kulihat kembali telaga bening itu
memandangmu adalah sebuah syair terindah
selalu ada makna yang tak pernah usai kutulis
Saturday, September 3, 2011
Ingin Kubuka Misteri Tatapanmu
kucoba usik resah agar membuncah
sendiri adalah penjara hati
tanpa makna bisa kutuangkan kata
kenangan itu begitu tersketsa walau usang
perlahan klip klip tentangmu berloncatan
dengan irama lembut menggetarkan rasa
serasa jarimu mengusap dahi dan tatap korneaku
duhai kau yang mengusung makna sajakku
robekkan cerita itu takkan lepas
relung sukma hantarkan satu kata padamu, aku ingin kau tahu
bilik ini makin membara membuka misteri tatapanmu
Thursday, September 1, 2011
Buai Angin September
sketsa terserak menyatu dilangit dalam buai bulan sabit
seperti indah dalam cahaya korneamu
kembali kumengenangmu dalam buai angin september
tertatih kau sapa aku dengan lembut bahasamu
menelusup merasuk mengalir menyejukkan
berdesir rindu meninabobokan mimpi kita
kembali kumengenangmu dalam buai angin september
mengeja kata merangkai frasa dan kuhujamkan makna
menjadi sebait sajak untukmu
kembali kumengenangmu dalam buai angin september
kau tertunduk dan tersenyum melambai perlahan
tinggalkan aku dalam sampan membisu
kembali kumengenangmu dalam buai angin september
kau tinggalkan narasi tentang pesisir, tentang angin
pemancing, kepiting kecil dan lembut lembayung senja
dari kornea indahmu…
Thursday, August 25, 2011
Mengalir Rindu PadaMu
rindu melebihi segala kangen yang tak berkesudahan
lembut mengalir disegala penjuru urat tubuhku
detak berdegup memanggil dan berdzikir
bak purnama angkat lautan hingga pasang
menebar cahaya dalam gelap terangi pekat jiwa
Mengalir rindu padaMu
rindu yang takkan ending sampai takdirMu tiba
seperti nafas menghembuskan syair mengeja
nama IndahMu sembilan puluh sembilan terpatri
mengalir rindu padaMu
menggema dimalam ramadhan ini
bersahutan di remang malam di semilir dingin
penuhi ruang hati dan menghampar sajak
maknai waktu yang berlalu menjelang idul fitri
Wednesday, August 24, 2011
Daun itu Kian Melayang
di atas karang tegak berdiri tatap gelombang
riak-riak itu kian mereda melemah
bayangmu kian memudar
daun itu kian melayang
tersapu angin pesisir senja
aku rangkai kembali wajah yang terserak
karena sepi membelenggu
rinduku kan mendekap kata, makna sajakku
Monday, August 15, 2011
Jejak itu Masih Hangat
sesaat dingin menjarah
purnama mneyingkir bersama gelayut rindu
jejak itu masih hangat teraba
bersama kepak kelelawar goreskan cerita
terbang menghilang dalam buai pekat
terayun lembut nafas menyeluruh
terjaga pandang bayang silam
basah tanah sisakan bau kemarau
menguap bersama inginmu
Sunday, August 14, 2011
Pada Gerimis Purnama Semalam
runtuh bersama duka
gugurkan rindu
semakin jauh sayap kupu-kupu itu berkepak
tak lagi indah hiasi hariku
sapa purnama tak lagi ceria
pucat mengambang sambut kelam
daun pinus itu selalu jatuh dan terbawa gelombang
mengambang terombang ambing
tentu kamu ingat kan?
di pesisir pernah ada sajak bercerita
menoleh kembali pada catatan hati
membaca cerita yang hilang
dalam tiap helai sajak tentangmu
Tuesday, August 9, 2011
Rembulan Kerontang
sepuluh ramadhan terang hiasi langit
sepotong rindu mengambang pucat memudar
sepi tanpa sapa mesramu
aku masih berenang dalam telaga rembulan
serumpun senyum mengembang dilangit
tapi hambar bersama pucat hati menyeluruh
terserak kenangan dalam catatan sajak
terserak rindu menyeduh semangkuk pilu
melati yang kuselipkan akankah mengering
layu dan tergolek dalam buaimu
kupandang bayang belah korneamu
tersimpan sembilu kepingan rindu
kini tak lagi kubaca kata mesramu sapa candamu
dulu selalu ada dalam tiap pandang matamu
rapuh melebur kerontang rembulan masih mengambang
akankah terbuang sia-sia rindu terhapus angin
tercampak tanpa purnama
melebur bersama kata-kata menyapa bisu
Friday, August 5, 2011
Ziarah Rindu pada Suatu Senja
mencari jejakmu pada sajak membisu
kau begitu hening, diam tak seperti senja yang lalu
jalan seakan lengang menyimpan lelahmu
sajak ini masih kan tertulis
rohmu mewarnai kata tiap bait, diam balut remang
derit roda dan silau lampu bagai helai-helai rindu
berlalu diterbangkan rasa yang membuncah
langit memang membiru bersama senyum rembulan tergerai
tapi lelahmu, diammu tlah kubur rinduku
kembali aku ziarah dalam kenangan senja yang lalu
sinar meredup dalam sorot korneamu
bak rembulan pucat sembabkan langit hati
puzzle hati kembali kutata agar tak satu lobang menganga
kuharap jejakmu tertinggal hingga tetap ku eja
makna ditiap langkah dalam sajakku
Sunday, July 31, 2011
Mendung di akhir sya'ban
seperti syair yang tertoreh yang kusisipkan di tiap slide
kupahatkan pada tiap lembar hati
seperti angin yang sapu rambutmu tiap waktu
tanpa keinginan keringkan hati
entah sejuk ini kan meranggas bersama kerinduan
namun begitulah sajakku kau ciptakan
Wednesday, July 27, 2011
Menyatu Membisu
singkap pekat tirai semalam
beranjak kubuka jendela menerawang jauh
awan tipis masih saja merangkak dibiru langit
senyum rembulan sya'ban tipis menghias
beranjak kau tiba-tiba membisik lamunkan bayang
kutatap jauh mengayuh angan menuju jiwamu
leburkan resah agar tak menggelisah
tepis keresahan membatu membeku
lantunan kalimatmu pun mengiang
keteduhan perlahan menetes
sejuk aliri angan rangkai imaji
menyatu bersama membisu
Monday, July 25, 2011
sepi makin membisu
rintik rinai satu-satu tetap meluruh
aku terpaku disudut ruang, pandang jendela kaku
membisu sepi dan lekang dalam kebisuan
masihkah angin mendayu hingga waktu berpihak pada rindu
sementara sajak masih tetap merangkak dikeyboard
berloncatan dalam layar monitorku dan menyapamu
Thursday, July 21, 2011
Senja janganlah berlalu
dingin menusuk tak sehangat senja yang lalu
senja itu penjarakan waktu
ku tak mau senja berlalu dan berlari
ingin kutahan matahari dari keningmu
ingin kusingkap misteri dalam tatapanmu
Monday, July 18, 2011
Senja dan Purnama Sya'ban
rangkai sajikan makna
aku hanya tergugu padangi purnama sya'ban memboreh langit
bayangmu tertunduk
senja yang lalu pucat terbawa mimpi
di penghujung malam di serambi pagi
bening di matamu rapat-rapat kusimpan
meliuk dihembus semilir
embun itu mulai membasah dipucuk-pucuk daun
seperti rindu digelas-gelas berteguk-teguk
hapus dahaga rasa, masih terasa makna
gemericik sajak membasah, mengalun sambut pagi
Friday, July 8, 2011
kuingin kabarkan padamu
ingin kukabarkan padamu
jalanan berdebu masih saja pudarkan pandangan
setapak demi setapak tinggalkan jejak
lekat berayun-ayun diujung hati
kuingin kabarkan padamu
pantai itu kini tak seindah dulu
keruh, abrasi rusak pesisir
kau membayang disampingku tersenyum
sodorkan segelas minuman
pengail itu,
ya pengail itu masih saja setia
berbasah-basah dalam buai gelombang
aku hanya bisa pandangi sampan tak bertitian
perlahan hembus angin itu
hantarkan parfummu menyeruak
membuka memori tentangmu
Thursday, July 7, 2011
jeruji resah rengkuh rindu
terbentuk rasa dekap rindu meluruh
desir mengalir sergap pori-pori ungkap makna
ingin kusentuh dan kumanja bayangmu
agar jeruji resah tak lagi rengkuh rinduku
Friday, July 1, 2011
cerita awal juli
sisa hujan semalam masih terasa jejaknya
terseok pejalan kaki hindari kubangan
diantara sesak lalu-lalang kendaraan
kupandangi jalan tol memanjang kiri ke kanan
semua bak tempat parkir terpanjang
tertatih merayap terselang jeda panjang
sepasang burung kecil hinggap tiba-tiba usik pandanganku
berceracau saling berpagut
kubuka jendela harap angin sejukkan pagiku
burung itu masih saja bercanda tak hiraukan aku
ini kali pagi penuh cerita
cerita tentang jakarta, cerita tentang hujan semalam
cerita tentang sepasang burung geraja
cerita tentang tugas pada negara
dan tentang kerinduan
ya kerinduan itu yang paksa aku menulis sajak ini
Monday, June 20, 2011
Masih ada kamu dalam tiap sajakku
melihat ombak yang begitu angkuh mendebur beriak pada pesisir
kucoba bercermin pada bias biru kilau kaca di hamparan ombak
lelah, penat dengan ratusan emosi terlihat membiru
kusandarkan diri pada angin diam dan makin membisu
gemerisik mengusik dan mengajakku berteriak
awan tetap berarak, bangau tetap saja mengais tanah basah
kepiting tetap berlari kian kemari ejek siput yang melata mesra
aku kabarkan padamu wahai yang menggelitik tiap detak detik nafasku
aku hanya bisa pandangi tanpa bisa rangkai makna dalam tatapanmu
kuhirup dalam aroma pesisir hingga penuhi rongga dadaku
sesak mendesak padatkan bayangmu dalam tiap hembus angin
menyeruak mengalir disetiap pori
kau lah roh yang bersemayam dalam tiap sajakku
Saturday, June 18, 2011
Mengguncang Mimpi tak sempurna
samar memerah di langit menyemburat
purnama tlah berlalu kelam membeku dan membatu
simphoni itu masih mengiang saat gerhana bulan
iringi langkahmu bersama badai dihatimu
serpihan-serpihan kenangan itu berdesak
mengguncang mimpi-mimpi yang tak sempurna
kusandarkan rembulan di pelupuk mata hati
Kau yang bersembunyi entah di mana saat ini
dalam hening sepi gelap kelam mentasbih
di setiap detik labirin hati
langit berduka menghitam tak kuasa membiru
begitu juga pesisir tak lagi bergemuruh tanpa candamu
Friday, June 17, 2011
Tuesday, June 14, 2011
Mendung Balut Purnama
lembab langit membiru iringi percumbuan waktu
seperti khayalku peluk bayangmu
hingga tuntun jemari rebah dalam tut kata
rangkai sajak membingkai bait kerinduan
purnama luruh dalam kepucatan menghitam
sajakku tanpa kucegah ungkap memori
tiap hembus menggelayut
dekap sepi membuai makna
Thursday, June 9, 2011
Merenda Sepi
kubuka lembar langit
kubaca halaman yang terlipat awan
selaksa rindu terpanggang penantian
aku seperti hilang akal
terselip dalam sepi alam
detik, menit dan jam berlalu
melenggang merenda hari berlari
sambut senja dalam kedukaan
Tuesday, June 7, 2011
suatu pagi di hari pada bulan Juni
semangkuk gelisah kau sajikan padaku
hingga beratus kebimbangan seakan membara di atas perapian
tidak juga mampu ungkap makna dibalik kehidupan
sebait resah pun terlontar tanpa dipaksa
hingga bara itu nyaris padam tak lagi menghangatkan
berharap gerimis sejukkan lara
di pagi ke tujuh bulan juni gelisah menyergap rasa
Wednesday, June 1, 2011
Mata Indahmu dan Dingin di Awal Juni
benang-benang kehidupan pun perlahan melemah
ketika sekelebat bayang menatapku tajam
kutangkap dari mataku tatapan mesramu
pada mata indahmu tlah kutulis sajak entah keberapa
tanpa bisa kuhentikan bahkan mengakhirinya,
mengalir kata menyanjungmu dalam desah rindu
kepak kelelawar dan cericit serangga malam
tak hentikan kata mengalir memaknai mata kamu
kau jadi dingin hingga erat memelukku di awal Juni
jangan kau sembunyi pada belukar kehidupan
agar reranting itu tak melukai mata indahmu
aku rebahkan rasa pada remang malam
mengenang matamu, memandang hasratmu
adalah mimpi terindah dalam sajakku
Tuesday, May 31, 2011
Sajak Akhir Mei
suku kata, kata bahkan kalimat dari hatiku
seperti angin yang menyejukkan
ke dalam hutan, lautan bahkan ke padang tandus
kau kan tetap munculkan warna dan makna
karena kau adalah sumber makna
segala rasa ungkap suasana
segala candu ungkap rindu
Friday, May 27, 2011
Kumaknai perjalanan ini
sebab tak ada yang lebih gelap dari malam
menatap kelam dari jendela kereta
sunyi dari segala kata
kugubah gemerisik roda menjadi simphoni
derit besi bergesek antara sambungan kereta
kuletakkan kembali catatan dalam tiap dingin
menerpa menembus selimut kereta harina
membuncah rasa ingin lelapkan mata
tapi raga tak bicara leleh dalam duka
menggengam dalam pelukan bayang rindu
semua diam terlelap dalam kursi berjajar
membisu dalam balutan selimut hijau
tiba-tiba kau mengetuk jendela, tersenyum
dan sapaku seiring detak yang berdetik dipenghujung malam
sketsa bayangmu menjadi makna
memahat rindu bergemuruh sepanjang rel
terjemahkan dan maknai sajak bisu
merindukanmu dalam perjalanan malam
Wednesday, May 25, 2011
Sendiri di Peron Senja
lewat stasiun senja tuk naik kereta rindumu
sedang senja memisahkan kita kala perjumpaan menyela
aku kan selalu tuliskan sajak untukmu
aku hanya bisa mengenang di rahim kehidupan
mengabadikan hasrat yang selalu meluap
jejak langkah membekas yang berderap
entah kemana langkah gontai ini kan
mencari sapamu
barangkali aku salah tafsirkan sorot matamu
rindu yang membuncah pernah satukan hati dalam gelas
hilangkan dahaga waktu, kini kau bawa lari entah
untuk siapa gelas itu kau berikan
waktu makin merangkak
tinggalkan aku sendiri di peron senja ini
Friday, May 20, 2011
Menunggu Ziarah Hatimu
pada kalander bisu, pada detik yang berdetak
berakhir dipemakaman hati
menancap nisan rasa bersemayam dalam pilu
menunggu ziarah hatimu
kembang harum telah kau taburkan dalam
duka berkepanjangan
membuncah raga mati tanpa kata
tak mampu pecahkan pilu
kuberteriak dari kubur rasa
kau selalu balas bila dengar rintihku
tak pernah kau sambangi pekuburan ini
apalagi ziarah hatimu tanpa harapku
meniti catatan hati
pada kalander bisu, pada detik yang berdetak
berakhir dipemakaman hati
Tuesday, May 17, 2011
Di Pesisir kucari Jejakmu
pada tepian aku termangu mengudar cerita lalu
tentang gejolak, tentang kepiting, tentang pasir
celoteh anak nelayan di sudut bangku malu-malu
bahkan tentang pemancing yang dengan gigih bertahan di deras
ombak dan hujaman gerimis
menangkap secercah putih melayang bergerak riang
sepasang kupu kupu putih sudutkan pandangan
kepiting berlari menuju lobang, sang bangau tertegun
pandang bongkahan kayu tertanam entah sejak kapan
suara itu, ya suara hujaman gerimis pada gelombang
semakin iramakan lara mengiris senja ini
di pesisir kali pertama kucari jejakmu
bekas tapakmu pun tak tertinggal larut
terseret ke tengah bersama sampan menari
seperti senja ini luruh jauh entah kemana
lamunan tentangmu, tentang kita dan tentang pesisir
dekap sepi sajak menjemput malam
Thursday, May 12, 2011
Rembulan tak Sempurna
duka tertatih perlahan bawa rasa menggelepar
mimpi ini meniti malam dalam keheningan lara
masih aku rangkum cerita yang berlalu
masih saja rasa itu memberontak
selalu ingin mengajakmu duduk tuk selesaikan
sajak-sajakku
kini sajakku hampa tanpa roh
biarlah bulan separoh tak sempurna
daripada purnama mengambang pucat
pancarkan luka yang dalam memboreh awan
kerinduan kelabu
pada biru lembar-lembar kehidupan kita
perlahan menguning menuju kering
kelam meluruh selimuti harimu
setengah hati jingga menggemuruh
kepangkuan duka
pada suram senja
pada haru malam
tanpa bisa menahanmu pergi
bernaung pada langit tanpa cahaya
sendiri meluruh mengalir ke muara
berkabung pada kerinduan kelabu
biarlah cerita kemarin tetap menghias
pada sajak bisu tanpamu
Saturday, May 7, 2011
Menatap bening indah Korneamu
sirna mendung yang berarak di atas hati
semua berlalu saat bening itu menyatu
sampaikan apa yang belum terungkap
karena gagap selalu menyela kata tanpa suara
dalam sajakku aku ingin memandangmu
serasa impian selalu sejukkan dagaha rindu
menatap bening indah korneamu
rembulan pun perlahan tersenyum terang
senyum itu takkan bisa lepas tanpa bening matamu
sepasang keindahan yang selalu ingin kupandang
dalam sajakku aku ingin kamu mengerti
ada kerinduan yang terus memaksaku
untuk menuliskan sajak tentangmu
Thursday, May 5, 2011
Syair dalam Simphoni Luka
redup penuh duka semakin kelam
berkeping dalam balutan awan hitam
padahal belum usai sajak kutulis tentangmu
taman itu makin suram
debur ombak pesisir masih mengiang
bersama buai angin pesisir hantarkan malam pada cerita
pucat rembulan mengambang di atas pohon tua
redup suram tanda berduka
lantunkan cerita malam tanpa purnama
rembulan merintih dalam senyum sajak duka
melantun syair simphoni luka
menganga tanpa bisa teriak
suara terkikis kelam di tengah pucat rembulan
Wednesday, May 4, 2011
Mengapa Masih Ku Tulis Sajak-sajak
"mengapa masih saja kau tulis sajak-sajakmu"
pada sepi yang tak bertuan
aku susuri setapak langkah pada bayang kehidupan
aku masih dapat melamun mencari senyum yang hilang
membakar semua kenangan yang tak sempat
kukemas dalam kotak kerinduan,
karena badai dan hujan telah terlanjur membawamu
aku punguti jejak pada tujuan,
berharap bisa bergandeng tangan lepas kerinduan
kau yang terbawa angin tak tahu lagi makna kerinduan
sedangkan pelangi masih saja kuharap lingkari bulan
Aku termenung ketika orang bertanya
"mengapa masih saja kau tulis sajak-sajakmu"
pada sepi yang tak bertuan
aku mencoba mengerti isyarat mendung pada langit
agar kutemukan pelangi lingkari bulan
Saturday, April 30, 2011
Dirimu yang Menderai di antara Kata-kata
sepi seusai badai gerimis di ujung malam
Dirimu yang selalu bersemayam dalam sajak-sajakku
Kurangkai kata untuk sekedar menggeliat dari sebuah kebekuan
kucipta sayap untuk sekedar terbang dari sebuah kerinduan
tetap saja engkau yang menderai di antara kata-kata
tak mampu kuterjemahkan arti dari seratus sajak yang tlah kutulis
tak mampu kuimajikan dirimu dalam pelupuk mataku
hingga luka di setiap kata-kata meleleh perlahan
menderas bersama sapamu yang menghilang
Tuesday, April 26, 2011
Sepi dalam Cerita Sajak Bisu
sepiku larut bersama gigil dingin rengkuh kelam
kan kucari kemana keriuhan untuk malam ini
haruskah kubangunkan bayangmu tuk temaniku?
jangan kau paksa aku tuk cerita tentang sepi ini
catatan itu telah tertoreh alur tentang rasa
rasa yang penuh asa, kemarahan bahkan kerinduan
detik yang terus berdetak bersama kalander bisu
perlahan mengubur dan tanggalkan nisan sepi
lalu muncullah bayangmu kau raih jemariku dan paksa
tuliskan sajak tentang sepi yang berlalu
tajam kornea dan senyum khasmu pun
menjadi tema dalam sajakku
walau sajak bisu cerita ini masih indah tuk dibaca
Friday, April 22, 2011
Akankah Sajakku Usang bersama Gerimis
aku hanya bisa bayangkan dalam imajiku
seperti gerimis petang ini, seperti dingin senja ini
selalu saja hadirkan berjuta kembang
kata dari hatimu selalu terngiang sentakkan sepiku
lunglai, bergejolak dan berontak akan semua ini
hingga gerimis kembali menyadarkanku
dirimu menjelma riuh menantang rindu
seuntai senyum itu tak mampu aku gambarkan
dengan sejuta kalimat
semakin membuatku terpesona akan keindahan korneamu
terbesit kata sesaat kaburkan imajiku
akankah sajak-sajakku menjadi usang bersama gerimis
dan airmataku menjadi nisan hati
kuburkan sosok rasa bersemayam bersama sepi
Tuesday, April 19, 2011
Ku ingin berteduh di Lengkung Alismu
seakan lepas dari belenggu mendung
kau tanggalkan dan bawa deras sinar
seperti degup pompakan rindu di tiap detak
tersketsa korneamu tak lagi sanggup kugubah
menjadi kalimat syahdu ungkapan rindu
senyum melengkung indah menyengat rasuki hati
seiring malam kau hadir dalam imaji pada langit sempurna
kuingin berteduh dalam buai purnama
di lengkung alismu
hingga hangat kan merayap pada sunyi
pada hatimu pada hatiku
dengan sederet kata dalam sajakku
Thursday, April 14, 2011
Aku berenang pada malam tanpamu
kuingin seka kulit wajahmu
kening dan pipi ranummu
agar mengalir rasa dari sungai hatiku
ke muara hatimu
aku berenang pada malam tanpamu
sinar itu memancar rengkuh rasa penuh asa
kusibak kembali wajah itu dalam imajiku
kuselami dan kuseka tiap jengkal pori kulitmu
aku tersudut dalam rengkuh matamu
senyum itu penjarakan rasa tanpa berpaling
serupa langit rengkuh mendung bersama bulan separo
pucat meradang di antara kembang langit memancar
aku butuh bahu tuk sekedar bersandar
bercerita tentang sajak kerinduan
Tuesday, April 12, 2011
Dalam Pekat Dingin Malam ini
awan menghitam memboreh dilangit
guratan merah tak mampu tembus pekat langit
aku yang rapuh dalam sudut matamu
rasa menjerit membelenggu senyap
pekat makin mengangkara tingkahi malam
Menggelepar rasa disudut senyummu
mengharap asa menjadi sekeping rindu
hingga berdentum semaikan sepi
Menyatu dengan hati dalam sajakku
Friday, April 1, 2011
Bangunlah dari Lelapmu Sejenak
gemerisik gerimis adalah malam yang abadi
Aku ingin bangunkanmu dari lelap sejenak
dingin makin membasah bersama gerimis
Adalah kamu temani malamku
kelam berubah terang dalam matamu,
kan kusemaikan rindu pada getar rasa itu,
kan kusandingkan gerimis pada malam
Aku ingin bangunkanmu dari lelap sejenak
kan kuceritakan padamu tentang sajak-sajakku
Sunday, March 27, 2011
Ingin Kembali ke Detik itu
walau sedetik tlah kudengar suara indahmu
kusimpan itu dalam bingkai anganku
dan aku masih saja terpekur, enggan berpaling dari bingkai itu
ada ucap ingin kusampaikan padamu hari ini
ingin kembali ke detik itu
kembali ku menunggu hingga entah detik ke berapa
untuk sekedar menyapa engkau dalam bingkai itu
sepi senyap tiba-tiba meragu dirintik gerimis
kusimak gerimis kian membadai
aku pun tak menemukanmu dalam bingkai itu
Saturday, March 26, 2011
Sajak Sepi yang Tak Sampai
kulihat rangkaian sajak indah pada selembar daun
gerimis pun masih menajam saat mendung mencumbu
sajak tiba-tiba dingin lelah luruh menyatu
luka karena rintik gerimis dan terbakar terik rindu,
hanyalah sebuah pelangi pada imajinasi
terangkai sajak sepi yang tak sampai
pucat kian membungkam
meski sajakku tak berirama merdu
gerimis masih saja hujamkan runcingnya
kau kembali menderas, diantara serpihan waktu
rindu itu mulai tertatih menyibak gerimis
Thursday, March 24, 2011
Tabir itu Makin Membadai
selimut awan menghitam berarak
hingga kunang-kunang enggan berkelip
bersama rembulan menghilang sesaat
Kusapa namamu, kubingkai bayangmu
Sebelum gamang menerjang
Takkan terhapus, luruh bersama kata
dalam sajak yang tak pernah selesai kutulis
senja tlah satukan dan pisahkan rasa
seumpama prosa tanpa ending
hingga tereja sebaris kalimat
terjalin alur kerinduan desir pasir pada gelombang
perlahan tertatih tinggalkan gelanggang
embun pun tumbuh menyublim
terselubung muram terpenjara hingga pagi menjelang
Tabir itu makin membadai
hingga sapa dan katamu meradang
Mencekik mimpi
Dalam sunyi terdalamn
tinggal kenangan pada tajam korneamu
serta sebait aksara di hamparan jiwa
Suara Itu
suara itu masih saja menelusup
dari fikiran ke hati
dari hati ke telinga
dari telingan ke bibir
suara yang bernama kerinduan
kau telah kirimi aku sekerat mendung
kaburkan bayangmu di sela waktu
nafas setubuhi tiap angan
diantara detak jantung
sepi itu kian mengalir dan terus menjalar
lalui tiap labirin hati
nafas ini tersengal dalam luka
kulirik detik yang terus berdetak
tak pedulikan rintihan dan teriakkan
kurangkai kata dalam lembar hari
begitu panjang pucat mentari
kadang sayup kudengar sapamu
kadang kau entah menghilang ke mana
aku hanya bisa sandarkan punggung
pada sayap kupu-kupu putih
yang mengepak tertatih diantara gerimis
Sunday, March 20, 2011
Kutulis dalam Sajakku
teriring merdu suara seruling dentingkan hati
syairkan hasratmu dalam sudut hati
sketsa purnama merona berselimut lingkaran pelangi
gelayut rindu kutitipkan di tiap tetes embun yang menyatu
hingga esok kan leleh satu-satu di sudut daun
basuh hatimu dalam kelembutan
aku pun berkata dengan detak jantungku
dan berbisik dengan desah nafasku
kutulis tentangmu dalam sajakku
Tuesday, March 8, 2011
Ingin Kusunting Rembulan
walau masih secercah senyum tersemat diantara kepak kelelawar
kunang-kunang bermandikan pekat tetap susuri malam
menyapaku di tengah sunyi lelapkan hati
ingin kusunting rembulan sebelum malam rengkuhmu
mengintip diantara awan berarak lumuri langitku
ranting-ranting itu menggigil
tegar jaga malamku tanpa dedaun
ingin kusunting rembulan sebelum malam rengkuhmu
mengejar ujung malam hingga tuntas tugasmu
aku pun kan tetap rangkai sajak
hingga purnama bawa pelangi pada malamku
Sunday, March 6, 2011
Ku ingin Senja tak lagi Sepi
agar kata selalu terbaca dan bermakna dalam sajak
bening embun kan selalu menetes dan melintas
ditiap lembar daun dan sejukkan tanah dihatimu
kuingin selalu menjadi huruf dalam lembar kertasmu
agar dirimu selalu hadir dan ada dalam sajak
hiasi tiap kesendirianku
imajinasi ditiap lamunanku
kuingin selalu menjadi huruf dalam lembar kertasmu
agar senja tak lagi sepi
Friday, March 4, 2011
Bayangmu dalam Sayap Kupu-kupu
mengepak satu-satu tertatih dihempas angin
hinggap di dahan kerinduan
reranting rapuh perlahan tertunduk
dalam rebahan kupu-kupu
sejengkal hati menitis perlahan dalam buai rindu
mengalir tanpa batas dari pucuk-pucuk mendung
kabut biru mengambang dalam buai mentari
pucat merona rengkuh bayangmu
menyibak tirai kerinduan
dalam sayap kupu-kupu
Wednesday, March 2, 2011
Mendung Berkabung
kembali toreh cerita dari kepurbaan
senyum dan tatapanmu menghujam
bagai tikaman bertubi pada sepi jiwa
prahara menggelegar tiba-tiba hanya karena kata
belukar itu tlah bersemi dalam balutan mendung
hingga tak kulihat lagi pelangi diwajahmu
bagai kupu-kupu melayang penuh kepucatan
asap perlahan tinggalkan perapian
hingga dingin paksa gigil gemeretak bersama tulang
aku hanya bisa bergumam
sajakku pun hambar tatap
mentari pucat perlahan usir malam
bersama mendung berkabung
Monday, February 28, 2011
gerimis dan sajak
gerimis
dingin
diam
membisu
hati tetap eja kata
hati tetap rangkai frasa
hati tetap tulis sajak
rasa, berkecamuk
rasa, menyatu
dan rasa dalam sajakku
Sunday, February 27, 2011
sepi
menggema tapi mengapa sepi meluruhkan hati
membasuh malam hingga waktu seakan terhenti
kesunyian membiru, mempurba mendekap sepi
setetes air menyelip di balik genting perlahan
menghujam bagai panah berdenting
nyaring pekakkan gendang rasa
sepi pun kudekap agar detik tak terhenti
bersama kalander bisu di akhir bulan februari
Thursday, February 24, 2011
awan dilangit pesisir malam ini
tanpa lentera purnama, kunang-kunang tertatih
parau gagak dan cericit kelelawar tawarkan senyap
terserak kenangan diantara dedaun melayang
terhembus angin menyisir kata, frasa siluetkan makna
hempas ombak masih sisakan sajak yang belum usai
pesisir ruangkan hamparan lembut tuk tuangkan cerita
merayap awan gelap rangkai alur hingga titik penantian
aku pun terpekur diam hempaskan kata dalam sajak kita
Saturday, February 19, 2011
purnama di bulan februari
kelopak itu telah merekah seiring benangsari dibuai purnama
bersama awan bak jamur cakrawala dininabobokan angin malam
sajak hanyalah wakil hati tuk habiskan malam bersama purnama
Friday, February 18, 2011
diam adalah luka
Tuesday, February 15, 2011
Pagi kala Gerimis Menyapa
mendung akhiri perjalanan mentari
saat hati gersang, penuh debu kerinduan
seperti oase, bayangmu hadir bawakan aku
semangkuk kata-kata untuk sajakku
bayangmu buat aku tertunduk, merenung dan menatap
jauh menelusup mengalir dan menyatu dikornea indahmu
hingga tenggelam dan hanyut dalam buaian sajak
saat kututup mataku, terbesit hasrat
menenggelamkan bayangmu jauh ke dalam sajakku
saat ku yakinkan hati
kau mampu hadir ditiap kata, frasa dan klausa
selalu ada yang memaksa aku
untuk membawamu serta dalam tiap sajakku
Saturday, February 12, 2011
Sepucuk Daun Mekar di Ranting Kering
Sepucuk daun tlah mekar di ranting kering
dalam kesendirian daun bergelantung
sembari merapal azimat rindu
melumat sejuta rasa di dada
dan ku tuang dalam sajak bersama kupu-kupu putih
di ranting kering itu
sendiri berteman desau angin dan bulan separoh
ada kerinduan semakin meletup
pada senyuman membayang di mataku
tentang daun mekar di ranting kering
tentang rindu mendekap kata dalam sajakku
Thursday, February 10, 2011
Di Pesisir Ini Kembali Kumerindumu
Mengalun suara sukma terhirup aroma nafas berbalut asa
wangi merekah di taman asri
embun gemercik bertabur elegi menyambut hari
Pesona pagi membahana tersketsa gairah
alunan semayup mengayuh sepanjang takbir terukir doa
maha karya sang pencipta dalam lukisan cakrawala
detik menggelinding dalam detak jam dinding
dingin hempaskan segala kerinduan
berirama senada nyanyian syahdu
aku pun terpekur pada sajak
Friday, February 4, 2011
Purnama pucat rindukan pelangi
Kau dengarkah desah angin pada reranting kering
senja itu rintik masih saja menghujam menggigilkan kelopak hati
kebekuan purba dalam jambangan merintih lirih
menorehkan goresan dua hati di sayap kupu-kupu
purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang
Lihatlah bulan masih saja sembunyi direngkuh kegelapan
pucat hanyut diterpa angin malam
selaksa sajak bersahutan di tiap lekuk ranting kerinduan
mengerang rindu di sudut korneamu
purnama tetap pucat meradang rindukan pelangi bersama kunang-kunang
Monday, January 31, 2011
Denting Rinai dalam Cawan Hati Berkabut
Celoteh rindu menginggau dalam letihku
kujemput rindu dan kutorehkan dalam sajakku
terkapar di relung hati yang purba,
merangkai sajak, menggumam lisan berderak
hingga kelu lidahku
kau maknai saja sajakku yang bertutur gagu
aku hanya ingin biarkan degup jantung kita yang bersahutan,
mencipta sajak baru
Pada mendung langit ini maknai sajakku
kepurbaan beku menyumbat di imajinasi
tersketsa alis matamu
sebait sajak luka yang mencoba sapamu
menjadi simphoni bara dan lara
Tapi tak ada sahut terdengar,
tiada tangan kau genggam semua kelam
kubayangkan angin membadai menyambar sukmaku
di sepanjang musim kurindui desah dalam sajakku
Sudah tak perlu lagi kau maknai sajak-sajakku
rumah bambu dan selimut sepi, teriris suara kicau diantara rasa
Kenangan kini menjadi sepotong syair
terdampar di tiap detak dan detik serta tanggal membisu
bersama pasir di pesisir menyisiri gemuruh badai nafasmu.
malam menjelma jeritan air mata
dan tak ada yang dapat memaknai sajakku
rindu itu menunggu, menjerit, menembus pucat cakrawala
hingga langit terkepak di sayap burung gagak
gerimis debarkan degup dengan mantra-mantra lelayu
terperanjat lalu menjerit saat malam berpeluk.
Sediakah rindu usang ini sejuk oleh bening rasamu
meski kata, frasa dan kalimat dalam sajakku.
Sunday, January 23, 2011
Berderak pada Sajak
hingga lubang luka menganga membiru dan membatu
lengking burung gagak mengusik tiap liang usik senyap
dalam gelap rasa menginggau
lirih suara parau tak terabjad terucap tertekan dalam
sudut otakku
berpilin bagai labirin membentuk relief relif ilusi tentangmu
rembulan tetap terselubung mendung
imajiku tersulut pada retak malam
terpaku saksikan serpih rasa terserak angin mendesah menggamit resah
kaku pun berderak terhenti pada alur yang takluk pada sajak.
Friday, January 21, 2011
Drama Kehidupan
Tuesday, January 18, 2011
Kau dan Makna dalam Sajakku
Kucetak jejakmu di tiap lorong labirin jiwa dan hatiku
bisa kua lihat sajakku tetap kutulis dengan bahasa kalbu
Akan kutulis tentang jejakmu
selaksa sukmamu meradang dan dukamu meredup
Pandanganmu pada masa depan adalah asa
lihatlah pada tiap indah kalimat sajakku
akan terlukis lembayung dalam langkahmu
pelangi indah warnanya, selaras irama rasamu
jejakmu kan beri makna dalam sajakku
pada setiap lembut tutur sajakku berharap rembulan berpihak
hingga terang semua kenangan di bening matanu
jejakmu kan beri seribu makna dalam sajakku
Saturday, January 15, 2011
Bersama Dingin Senja Ini
Selambai dingin senja ini
terlukis rajutan memori
tersketsa wajahmu
yang tertanam menjadi satu warna
dalam ruang memoriku
bersama dingin senja ini
luruh asa berpayung mendung
Friday, January 14, 2011
duka malam duka hati
Menusuk malam hingga ke ulu hati.
Perih yang menyeruak,
bagai nisan di pekuburan hati, koyak asa yang berdenting,
Hingga luluh lantakkan mawar di atas pusara jiwa
Tuesday, January 11, 2011
Selaksa Mantra dan Sajak
seperti lunglai daun putri malu di sela-sela ilalang
aku sedih tak bisa menjamah semburat pelangi
buai malam adalah selimut kelelahan
mencari dan mengais kesejukan di peluk kelam
sungai rindumu tawarkan asa
seperti ombak yang menderu
sergap keperkasaan karang
inilah azimat batin
selaksa mantra dan sajak dipermadani hatimu
di pesisir ini kuabadikan
bayang tubuhmu dekap rinduku
Monday, January 10, 2011
Ziarah Puisi
padamu tak lagi tertahan oleh gigil angin
terjepit kesadaran, cinta dan kehidupan,
puisi dan sajak masih lekat di angan ini
setiap kali aku mengingat akhir perjalanan sebuah puisi
seperti batang bambu yang begitu indah kugenggam
setiap kali mengeja larik arabiah dengan kaligrafi
meski ku tak begitu hafal, tetapi bukankah itu puisi yang kan kubukukan
dengan melati biru di kehidupan berikutnya nanti?
zikir adalah setiap pijitan jemari di kening
adakah yang lebih mujarab dari merjan tasbih teruntai dari air mata ini?
biarlah kenangan tersaput jelaga dari perapian kehidupanku.
pekat lukis malam agar tersedia ruang untuk fajar esok,
jangan kau bacakan sajak-sajak untuk mengenangku,
cukup segenggam tanah dari kubur hatimu
untuk bisa ku genggam dalam tidurku.
agar kulihat kau tersenyum.
hanya getar jemari
dan sedikit kata mesra
antarkan persemayaman puisi dan kehidupan
Saturday, January 8, 2011
Dalam Diam Aku Merindumu
membisu dalam kebekuan rasa
yam cha, laila majnun, godlob,
anak bajang menggiring angin,
pada lingkar puting susumu,
pengakuan pariyem, tarian bumi,
ronggeng dukuh paruk......
menatapku diam
maafkan aku bila tak lagi buka
bukan aku benci
bukan aku tak peduli
tataran kehidupan berlalu
bagai karya sastra terdahulu
kehidupan kan selalu berimbang
antara masa lalu dan sekarang
dalam beku aku masih terpaku
tatap buku-buku membisu
dalam diam aku merindumu